Kamis, 30 Januari 2014

SIRKULASI SILANG



A.  SIRKULASI SILANG
1.    PENGERTIAN VENTILASI SILANG
http://assets.kompas.com/data/photo/2012/01/16/1118411620X310.jpg
Ventilasi silang atau cross ventilation adalah dua bukaan berupa jendela atau pintu yang letaknya saling berhadapan di dalam satu ruangan. Ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi lain.
2.    PRINSIP VENTILASI SILANG

3.    CONTOH PENERAPAN DI DALAM RUANGAN
Ukuran bukaan untuk ventilasi silang yang ideal bergantung pada luas ruangan.
Menurut arsitek Tiffa Nur Latiffa, Standar Nasional Indonesia mensyaratkan luas bukaan termasuk fungsi untuk memasukkan cahaya, adalah minimal 20 persen dari luas lantai ruangan. Khusus untuk lubang ventilasi di rumah tinggal seperti jendela, disyaratkan minimal 5 persen dari luas ruangan. Sementara untuk bangunan kantor, pabrik, dan sebagainya adalah 10 persen dari luas ruangan. Idealnya setiap ruangan di dalam rumah harus mengaplikasikan ventilasi silang agar selalu bersentuhan langsung dengan udara luar.
Menurut Wijoyo Hendromartono, ventilasi silang sebaiknya dibuat bersilangan atas bawah atau menyerong kiri kanan. Untuk persilangan atas bawah, sebaiknya lubang keluar udara berada di bagian atas karena udara panas bersifat lebih ringan.
Aliran angin juga dipengaruhi oleh hambatan yang berada di bagian tengah ruangan. Misalnya, semakin besar furniture yang berdiri di antara ventilasi silang, maka semakin berkurang pula energi kinetik dan kecepatan angin. Dengan demikian, hindari meletakkan benda-benda berukuran besar antara ventilasi silang yang dapat menghambat perputaran udara.
B.  PENGARUH ANGIN TERHADAP BANGUNAN
1.    TEKANAN DAN HISAPAN PADA BANGUNAN
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kelakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan pada bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin berbeda pada setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan angin juga demikian. Selain itu perlu juga dperhatikan apakah bangunan terletak diperkotaan atau dpedesaan. Seandainya kecepatan angin sudah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bangunan dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.
Pola pergerkan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan, angin menyebabkan tekanan atau hisapan, maka ada koefisien khusus untuk tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk beberapa lokasi bangunan.
Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut :
·      Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2.
·      Tekanan tiup angin di laut dan ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 4 kg/m2.
Untuk tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris :
p=V2/16 (kg/m2)
Dimana V adalah kecepatan angin dalam satuan m/detik.
Berhubung beban angin dapat menimbulkan tekanan dan hisapan, makan berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien bentuk tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan sari penggunaan koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh pada gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan menimbulkan tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung pada kemiringan atap. Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 meter, dengan lantai dan dinding yang memberikan kelakuan cukup, struktur utamanya tidak perlu diperhitungkan terhadap angin.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNIEJxnDQ9DO11vYJpLjU69Bvod2SqL_VqF3nNHKqAiqbGyiMBfNS-0lPn4HVCpm8_RK0SZ2GtVOiEKnOFzroXep7RkdfU4jTXFYOXuJV41bdeF1MQYf7HGvSKs2fHaz5a7NU6NhmKLMo/s1600/kof+angin+tekan+%26+hisap.jpg
Pengaruh angin dianggap sebagai beban statis. Namun perilaku dinamis sebenarnya dari angin, merupakan hal yang sangat penting. Efek dinamis dapat muncul dengan berbagai cara. Salah satunya bahwa angin dapat dijumpai dengan keadaan tetap. Dengan demikian, bangunan gedung dapat mengalami beban dengan berbalik arah. Hal ini khususnya terjadi  jika gedung terletak di daerah perkotaan. Jika gedung terletak berdekatan, pola angin menjadi semakin kompleks karenan dapat terjadi aliran yang turbulen diantara gedung-gedung tersebut. Aksi angin tersebut dapat menyebabkan terjadinya goyangan pada gedung ke berbagai arah.
Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin dalam keadaan mempunyai kecepatan yang konstan.Hal ini dapat terjadi khususnya pada struktur-struktur yang relatif fleksibel, seperti struktur atap yang menggunakan kabel.Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada permukaan atap, yang pada gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, baik perubahan kecil maupun perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut dapat menyebabkan distribusi tekanan maupun tarikan yang berbeda, yang juga dapat menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya, terjadi gerakan konstan atau flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap merupakan hal penting dalam mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol fenomena flutter pada atap mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. dengan Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.
2.    PENGARUH TEKANAN DAN HISAPAN PADA BANGUNAN
a.    Bangunan terangkat
b.    Atap terangkat
c.    Bergesernya pada pondasi
d.   Bangunan rusak
e.    Robohnya bangunan
3.    CARA MENGATASI TEKANAN DAN HISAPAN PADA BANGUNAN
a.    Penerapan prinsip tanggul,yaitu ditanamnya pohon tinggi berdaun rapat atau dengan pagar tembok dengan memberi perkuatan dengan kolom praktis dengan jarak 3-4 m dan pemberian kolom perkuatan yang miring dengan jarak 6-8 m.
b.    Lokasi yang terlindung,maksudnya pendiririan bangunan pada permukaan rendah,sehingga angin tertahan pada permukaaan tanah yang tinggi.
c.    Penanaman pohon tinggi.(min 6m dari bangunan).
d.    Pertinggian bangunan atap yang kurang curam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar